PERMASALAHAN
Keanekaragaman hayati terancam
Penebangan liar
Konversi hutan alam
Ancaman terhadap fungsi hidrologi

 

Keanekaragaman hayati dan nilai penting Gunung Slamet akhir-akhir ini menghadapi permasalahan yang berat. Permasalahan itu menjadi potensi yang luar biasa sebagai agen perusak dan pemusnah yang mengancam kekayaan tersebut. Bibit-bibit ancaman datang dari pihak-pihak luar yang cenderung hanya mengambil keuntungansecara sepihak dan ancaman dari masyarakat sekitar hutan sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan ekonomi dan intervensi pihak luar. Beberapa permasalahan tersebut antara lain :

  • Keanekaragaman hayati terancam oleh perburuan hidupan liar, meliputi perburuan burung, kupu, katak hias, kucing hutan, musang, babi hutan, rempah-rempah dan tanaman obat.

    • Perburuan burung di Kalikidang dilakukan oleh orang-orang dari Tasikmalaya. Pemburu burung mendapatkan modal dan menjual hasil buruannya kepada tengkulak. Di Liwung dengan alasan menambah modal usaha taninya beberapa petani mengambil burung untuk dijual kepada pembeli dari Bumijawa yang datang ke desa untuk membeli hasil buruan. Pemuda dusun Kalipagu yang tidak mempunyai pekerjaan berprofesi sebagai pemburu burung dan menjual hasil buruannya ke salah satu kepala RT atau menjualnya langsung ke Purwokerto. Di Kalipagu, hampir semua laki-laki di desa itu mengambil burung untuk menambah pendapatan mereka. Di Pekuncen pemuda yang mengalami PHK mendapat pesanan dari pejabat Banyumas untuk berburu burung-burung langka termasuk Elang Jawa.

    • Perburuan kupu-kupu, di Dukuh Liwung dilakukan oleh anak-anak dan remaja sejak tahun 1984. setelah tengkulak dari Boyolali memberi modal peralatan tangkap. Mereka membeli kupu-kupu seharga 1.000 hingga 100.000 rupiah setiap 2 kali sebulan
    .
    • Perburuan katak hias, dimulai sekitar tahun 1998 oleh beberapa pemuda Ajibarang setelah mendapat pesanan dari pengepul di Ajibarang, 1 ekor dihargai 25.000 sampai 40.000 rupiah. Dari pengepul katak-katak tersebut dikemas dalam toples di bawa ke eksportir di Semarang untuk memenuhi kebutuhan katak hias di Taiwan dan Jepang.
    • Perburuan kucing hutan dan musang, dilakukan oleh beberapa orang dari Baturaden. Hewan-hewan tersebut kemudian di offset / dibekukan dan dijual sebagai hiasan di obyek wisata Baturaden seharga 15.000 - 25.000 rupiah.
    • Perburuan celeng atau babi hutan, dilakukan karena masyarakat dusun Krajan bahwa menganggap Babi hutan adalah hama yang merugikan. Perbakin membuat agenda perburuan rutin dan hasil buruan dijual kepada masyarakat yang mau.
    • Perburuan rempah-rempah dan tanaman obat menjadi pekerjaan sampingan masyarakat Kalipagu sejak 1995, atas pesanan rempah-rempah dari dokter Puskesmas yang bertugas di situ, dengan harga tidak pasti. Di Dukuh Liwung beberapa masyarakat sudah menjadikan kegiatan ini sebagai profesi. Hampir setiap hari mereka ke hutan mencari tanaman obat dan rempah-rempah dan dijual kepada pengepul di Bumijawa.[kembali ke atas]

  • Penebangan liar, meliputi penebangan liar kayu pertukangan, penebangan kayu pinus dan penebangan kayu rimba sebagai kayu bakar:

    • Penebangan kayu untuk pertukangan, banyak dilakukan oleh penduduk Kalikidang yang berprofesi sebagai tukang kayu (sekitar 20 orang) dan beberapa oknum Perhutani (3 orang) sejak awal 1990-an di wilayah KPH Banyumas Timur. Kayu hasil tebangan dijual dalam bentuk mebel.

    • Penebangan kayu pinus, dilakukan oleh beberapa petani peladang di Dukuh Liwung dan beberapa oknum Perhutani sebagai akibat dari tidak adanya penindakan dan larangan dari Perhutani. Hasil tebangan dijual kepada pengepul sebagai penyuplai saw-mill di Sampar. Berdasarkan investigasi, ternyata pemilik saw-mill memberikan tip kepada pihak Perhutani.
    • Penebangan kayu rimba untuk kayu bakar dilakukan di Cagar Alam Telaga Ranjeng oleh masyarakat pedagang dan petani miskin di Kalikidang sebagai akibat dari kebutuhan kayu yang sangat tinggi.[kembali ke atas]

  • Konversi hutan alam, meliputi konservasi menjadi lahan pertanian, konservasi menjadi bumi perkemahan, konversi menjadi hutan produksi damar.

    • lahan Konversi menjadi pertanian terjadi sejak tahun 1998 di Kalipagu sebagai akibat dari berkurangnya lahan pertanian masyarakat yang cukup air. Masyarakat kemudian membuka lahan pertanian di bukit Cendana yang memang melimpah sumber airnya. Kegiatan ini dilakukan atas inisiatif masyarakat.
    • Konversi menjadi bumi perkemahan dilaksanakan oleh Perhutani dalam rangka menghadapi Jambore Nasional tahun 2000 atas inisiatif dari Saka Wanabakti Pramuka. Beberapa lokasi hutan alam di Kalipagu juga sudah berubah menjadi bumi perkemahan liar yang dibuka oleh para pecinta alam akibat dari tergusurnya lokasi perkemahan oleh proyek PLN dan PDAM.
    • Konversi menjadi hutan produksi damar, sebagai pelaksanaan proyek perluasan hutan damar oleh Perhutani KPH Banyumas Timur di daerah Kalipagu terutama di lereng Cendana, Bunder dan Ndelem. Kegiatan ini berlangsung rutin setiap tahun, didasari atas adanya anggapan bahwa hutan alam tidak produktif serta masih lemahnya status hutan lindung tersebut.[kembali ke atas]

  • Ancaman terhadap fungsi hidrologi berupa konversi tumbuhan bawah untuk ladang pertanian sayuran, pembangunan endung oleh PLN di Kalipagu, penggunaan pestisida, pengembanganwisata massa serta pembangunan pabrik jamur.

    • Konversi / pembabatan tumbuhan bawah untuk perluasan ladang pertanian sayuran . Sekitar 700 ha lahan di bawah tegakan Pinus di Kalikidang sudah berubah menjadi ladang pertanian kentang dan sayuran. Kegiatan ini berlangsung sejak tahun 1998 akibat dari kebutuhan ladang sayuran yang terus meningkat serta lemahnya penegakan hukum oleh Perhutani. Akibat dari kegiatan ini tingkat erosi top soil sangat tinggi mengakibatkan keruhnya sungai-sungai yang mengalir dari Kalikidang dan di bawahnya.
    • Pembangunan bendung oleh PLN di Kalipagu. Sebenarnya pembangunan ini dilakukan oleh Belanda tahun 1930-an. DAM ini digunakan secara berimbang untuk pertanian dan pembangkit tenaga listrik. Tetapi sejak tahun 1990 pintu air untuk pertanian di tutup secara permanen, sehingga beberapa hektar sawah di Kalipagu menjadi kering .[kembali ke atas]

     

 

|Home|Sekilas Kompleet|Program|Aktifitas|Warta|Link|Permasalahan|Potensi|